Pagi


"Apa yang membuat pagi hari ini berbeda dengan yang kemarin?"

Pertama-tama, pagi adalah ketika malam mengakui kekalahannya atas matahari. Dan matahari, sepatutnya tidak congkak hanya karena menyandang predikat raja galaksi, karena akan tiba saatnya malam untuk menyeretnya turun takhta, mengeluarkan senjata pamungkas bernama gulita.

Lalu, rutinitas. Rutinitas yang muncul dari ovolusi budaya. Rutinitas yang memaksa manusia untuk terbangun dari perzinaan mimpi, membasuh lelah dengan percik dingin embun, lalu bergegas melakukan sesuatu yang konon membuat eksistensi sosialnya diakui dalam masyarakat. Paling tidak, rutinitas adalah potongan cermin dari sebongkah pagi yang umum. Di mana gejolak dinamika akan terasa lebih padat, lebih hidup, menepis kelengangan yang terkalahkan beberapa jam sebelumnya.

Pagi, termasuk seluruh kepingan visualnya, adalah bukti semesta yang senantiasa bersenggama dengan kehidupan walau dirinya akan terus menjadi korban. Terutama tentang eksploitasi dan perluasan wilayah yang tiada kunjung usai. Pengurasan material untuk memenuhi kepentingan manusia sendiri, membuat manusia bagai benalu yang berkoalisi.

Ada yang terlupakan ketika manusia menganggap setiap pagi hanyalah pengulangan retorikal. Banyak hal akan luput. Hal-hal yang semestinya cukup mampu mengakibatkan rasa kalut. Masih ingatkah manusia akan jumlah cecabangan pohon yang semakin sepi? Seberapa keras kicau burung saat ini? Ayam yang mulai malas berkokok, karena mereka semakin sadar bahwa apa yang mereka lakukan penuh kesia-siaan tatkala suara semakin sayup dan tidak lagi terdengar.

Lapis embun pada serat tumbuhan yang semakin menipis, karena tingkat kelembaban yang menurun drastis. Mengingat hal kecil yang lebih esensial dari apapun ketika pagi bagaikan sekilas gumam doa tersendiri. Doa yang mengucap syukur, karena masih boleh menjadi saksi, meskipun tidak selamanya.

"Syukur atas semesta yang tidak pernah berhenti menyayangi manusia dalam kesewenang-wenangannya."



Komentar

Kholiezt Rasuah Golexiye mengatakan…
Tidak seliar dulu memang, tapi makin kental, makin serat makna..

Salam kenal, Pakde...
FatimahAqila mengatakan…
Tulisannya keren...

Ketika kita menemui pagi, setidaknya kita tak selalu berpikir itu hanya sebagai pengulangan. Seharusnya lebih membuat kita bersyukur dipertemukan lagi dipagi hari ini...
Unknown mengatakan…
nice post :)
Unknown mengatakan…
Aku suka postingan dan terima kasih sudah mengingatkan aku tebtang pentingnya pagi hari
Salam kenal dari gitajiwa.blogspot.com
Unknown mengatakan…
nyanyian pagi yang indah...
Sunanto mengatakan…
Bersyukur masih bertemu pagi
Bang Day mengatakan…
luar biasagaya bahasanya. keren mas

Coretan Populer